Jangan menyalahkan siapapun atau apapun. Kalimat ini berlaku
di mana pun, termasuk saat kita menyadari bahwa kita terlalu banyak membuang
waktu dengan berlama-lama di depan tv,
nongkrong di sana-sini atas nama sebuah kejenuhan dan butuh hiburan, atau
memang benar-benar melewatkan waktu dengan begitu saja, yang akhirnya berakhir
pada sebuah kegagalan memenuhi target yang kita ciptaka sendiri.
Saya mengalami situasi ketika kuliah dulu. Dulu sekali. Saya
membuang cukup banyak waktu dengan hal apapun yang biasa saya lakukan asal
tidak terkait dengan urusan perkuliahan: nongkrong sampai subuh, menggabar,
mendengarkan musik, dan yang paling sering saya jadikan kambing hitam adalah
dunia radio yang membawa saya hingga sejauh ini.
Saya menjalani status sebagai mahasiswa Sastra Inggris
selama tujuh setengah tahun. Bukan hal yang membanggakan, tapi entah kenapa
kadang saya merasa puas ketika menceritakan durasi masa kuliah saya ini.
Jika menengok kebelakang lagi, akhirnya yang muncul adalah
kata “seandainya”. Seandainya dulu lebih rajin kuliah, seandainya dulu tidak
menghabiskan waktu terlalu banyak di radio kampus, sandainya dulu bisa
mengerjakan skripsi lebih cepat, seandainya dulu tidak sembrono, seandanya,
seandainya, seandainya sampai akhir zaman.
Sekarang tak ada lagi gunanya berandai-andai. Hmm.. mungkin sesekali
boleh, tapi tetap tak ada gunanya. Bukankah apa yang terjadi di masa yang lalu
itulah yang menjadikan siapa diri kita sekarang?
If I knew then, what
I know now.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar