Rabu, 04 Maret 2015

Antara | #MaretMenulis 3

Sebagai seseorang yang menghabiskan sebagian besar hidupnya di Yogyakarta, saya merasa menjadi manusia tanggung. Saya ingat saat pertama kali menginjakkan kaki di Ibukota dan begitu terpesona dengan kemetropolitan kota yang sempat menjadi tujuan karier saya.

Gedung-gedung tinggi, jalan layang yang bertingkat, pusat perbelanjaan yang berjajar di sepanjang jalan, Tugu Monas, jalan tol yang sangat panjang, Dunia Fantasi.. semua berba besar dan tinggi jika dibandingkan dengan apa yang saya lihat dan kenal di kota kelahiran saya. Itu adalah saat saya masih duduk di Sekolah Dasar.

Waktu berjalan dan saya masih jatuh cinta pada Jakarta, hingga akhirnya datanglah cinta kedua. Saya menginjakkan kaki di Pulau Dewata di tahun kedua masa kuliah.

Saya begitu kagum dengan Bali yang modern namun tidak kehilangan budaya asli dan sisi tradisionalnya: canang yang diletakkan di depan pintu masuk hotel berbintang, pria Bali yang udeng yang berbincang dengan peselancar bule, atau suara gamelan dari Banjar dan musik dari cafe yang kadang bersahutan di sepanjang Legian.

Mungkin sebenarnya tidak proporsional jika membandingnkan antara Jakarta dan Bali—kota dan pulau—namun memang dua daerah inilah yang membuat saya merasa menjadi manusia tanggung. Setelah menghabiskan waktu—sejauh ini 30 tahun—di Jogja, saya merasa tidak benar-benar bisa membenci kehidupan metropolitan Jakarta, atau benar-benar menyukai Bali yang selalu tersenyum saat kita menghabisakan waktu liburan di sana.

Saya rasa memang Kota Gudeg inilah yang paling sesuai bagi saya. Selain karena menjadi kota kelahiran, di Jogja  saya masih bisa merasakan tradisi dan budaya asli (walau tidak sekental seperti di Bali) saat berada di kawasan Keraton, serta saya masih bisa membangun suasana liburan di pantai berpasir putih dengan berkendara selama dua jam ke abupaten Gunungkidul. Di sisi lain, saya juga masih bisa mencicipi sedikit bumbu metropolis Jakarta ketika nongkrong di beberapa cafe baru, atau ketika melihat iklan pembangunan apartment dan condotel saat terjebak macet di Ringroad Utara (dan mungkin akan segera lebih metropolis setelah beberapa mall baru mulai beroperasi).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar