Jumat, 27 Maret 2015

Tetua | #MaretMenulis 21

Bagaimana jika ternyata kau menjadi salah satu yang tertua di lingkungan pertemananmu? Apakah kau akan menempatkan diri sebagai si bijak yang selalu memberikan nasihat dan selalu mengayomi, menjadi si tak-ingat-umur karena terbawa dengan perilaku teman-temanmu yang lebih muda, atau mungkin menjadi si jaim yang selalu jaga wibawa dan hanya berpendapat saat diminta karena takut dianggap tua?

Apapun itu, menurut saya sebaiknya jangan dipaksakan. Jangan berusaha menjadi si bijak yang harus selalu bisa memberkan saran terbaik, jangan juga berusaha mati-matian menjaga wibawa hanya karena takut dianggap tak-ingat-umur. Biarkan image apapun itu melekat kepada diri kita secara alami.


Masa Lalu di Masa Depan | #MaretMenulis 20

Ada satu pandangan baru tentang masa depan dari Sophia Latjuba di Press Conference Earth Hour Indonesia Kamis lalu. Perempuan cantik yang tahun ini membantu mengkampanyekan #BeliYangBaik ini bercerita bahwa ia pernah membaca sebuah buku atau dokumenter—yang ia sendiri lupa apa judulnya—yang menceritakan tentang satu kemungkinan masa depan yang akan terjadi.
Tuh, mbak Sophia lagi cerita.

Masa depan yang digambarkan Sophia bukanlah masa depan dengan teknologi futuristik seperti yang sering kita lihat di film-film sci-fi. Masa yang digambarkan adalah masa depan depan seperti masa lalu. Jangankan mobil terbang, mobil konvensional seperti yang ada sekarang pun tidak akan berguna. Peradaban manusia mengalami kemunduran karena semua sumber daya alam sudah dihabiskan di masa ini. Dihabiskan oleh generaasi kita.

Hal ini bukannya tidak mungkin terjadi. Bahan bakar fosli suatu saat nanti akan habis, dan itu adalah satu hal yang pasti. Sayangnya, kita seolah tak peduli, karena kita tahu benar, bukan generasi kita yang akan merasakannya.

Saya ingat pernah menyaksikan satu tayangan—kalau tidak salah di Discovery Channel—tentang teknologi solar system yang (katanya) sudah ditemukan sejak abad ke-19. Konon teknologi tersebut sudah sempat dikembangkan dan sudah siap diuji, sayangnya Perang Dunia akhirnya membuat solar system yang telah terpasang itu harus dibongkar kembali untuk membantu memenuhi kebutuhan perang.

Tampaknya sejak saat itu solar sytem seolah menjadi kisah yang terlupakan. Generasi kita—yang sudah terlanjur mengalami ketergantungan pada bahan bakar fosil—menganggap solar system sebagai satu hal yang sama sekali baru.

Seandainya jumlah uang di rekening tabungan saya sebanyak yang dimiliki Donal Trump, mungkin saya akan menginvestasikannya untuk pembangunan solar system raksasa agar bisa menggantikan PLTU Paiton. Sayangnya, di saat waktu itu tiba, mungkin saya sudah tidak ingat lagi bahwa saya pernah membuat tulisan ini.

http://img2.bisnis.com/bandung/photos/2014/05/13/504202/pltu-paiton-antara.jpg

Perempuan Itu Bernama Jakarta | #MaretMenulis 19

Kali ini saya berada di Jakarta. Ya, sekali lagi saya berasil melakukan perjalanan keluar Jogja sendirian, walaupun kesendirian saya hanya selama di pesawat, karena akhirnya seorang sahabat menawarkan diri untuk menjemput di Bandara Halim Perdanakusuma.

Jakarta selalu membuat saya kagum karena memiliki daya tarik tersendiri. Banyak orang—termasuk beberapa teman dekat saya—entah kenapa begitu terpikat dengan daya tarik tersbut sehingga rela meninggalkan kota kelahirannya dan berjuang untuk bertahan hidup di sela-sela hutan beton ibukota. Semua dilakukan atas nama karier dan masa depan yang lebih cerah.

http://media-cdn.tripadvisor.com/media/photo-s/01/5d/4f/f4/mandarin-oriental-jakarta.jpg


Jakarta ibarat seperti perempuan high-maintance yang cantik dan ber-body sempurna, mungkin seorang model, atau seorang model yang juga anak konglomerat, dan masih single. Banyak sekali lelaki yang berbondong-bondong untuk memenangkan hatinya, tapi sayang ia sangat angkuh dan hanya lelaki yang bernyali besar—dan mungkin tidak tahu malu—yang berani mendekatinya.

Saya lebih memilih untuk mengagumi perempuan ini dari jauh, persis seperti ketika melihat Cameron Diaz atau Charlize Theron di tivi atau majalah. Kagumi saja dari jauh, jangan sekali-kali bermimpi untuk bisa memiliki atau bahkan mendekatinya.