Jumat, 27 Maret 2015

Perempuan Itu Bernama Jakarta | #MaretMenulis 19

Kali ini saya berada di Jakarta. Ya, sekali lagi saya berasil melakukan perjalanan keluar Jogja sendirian, walaupun kesendirian saya hanya selama di pesawat, karena akhirnya seorang sahabat menawarkan diri untuk menjemput di Bandara Halim Perdanakusuma.

Jakarta selalu membuat saya kagum karena memiliki daya tarik tersendiri. Banyak orang—termasuk beberapa teman dekat saya—entah kenapa begitu terpikat dengan daya tarik tersbut sehingga rela meninggalkan kota kelahirannya dan berjuang untuk bertahan hidup di sela-sela hutan beton ibukota. Semua dilakukan atas nama karier dan masa depan yang lebih cerah.

http://media-cdn.tripadvisor.com/media/photo-s/01/5d/4f/f4/mandarin-oriental-jakarta.jpg


Jakarta ibarat seperti perempuan high-maintance yang cantik dan ber-body sempurna, mungkin seorang model, atau seorang model yang juga anak konglomerat, dan masih single. Banyak sekali lelaki yang berbondong-bondong untuk memenangkan hatinya, tapi sayang ia sangat angkuh dan hanya lelaki yang bernyali besar—dan mungkin tidak tahu malu—yang berani mendekatinya.

Saya lebih memilih untuk mengagumi perempuan ini dari jauh, persis seperti ketika melihat Cameron Diaz atau Charlize Theron di tivi atau majalah. Kagumi saja dari jauh, jangan sekali-kali bermimpi untuk bisa memiliki atau bahkan mendekatinya. 





Tidak ada komentar:

Posting Komentar