Selasa, 10 Februari 2009

maskeran in the rain

sebenarnya pagi ini (jam 10 buat saya dan beberapa teman masih terhitung pagi) saya sudah ada janji dengan vera dan desy untuk makan pagi bersama di sebuah warung lontong medan yang berada di daerah selokan mataram. namun tiba2 setelah saya selesai mandi, entah kenapa rasanya kota jogjakarta juga ingin ikut mandi.

jadi berhubung ketika saya mandi saya mengabil paket 'amplas badan' alias luluran, jadi saya memutuskan untuk mengambil paket lanjutan 'topeng muka' alias maskeran.


bukan karena apa-apa sebenarnya, namun sedikit banyak ternyata saya mulai memperhatikan bahwa kulit saya, dari warna maupun tekstur, sudah mulai menunjukkan gejala2 'tidak enak dipandang'.sebenarnya wajar saja kulit saya ini menjadi over-tanned alias kelewat eksotis alias gosong banget, sebab kegiatan saya beberapa bulan ini adalah kegiatan lapangan yang secara lansung selalu berada di bawah terik matahari, dan kesalahan saya adalah saya selalu nekat tidak pernah memakai perlengkapan perang yang lengkap seperti yang dipakai flora (baca postingan saya sebelumnya)

jadi amplas badan dan topeng muka yang saya lakukan ini hanyalah sedikit usaha agar saya tampil tidak terlalu kucel (walaupun mungkin nanti perubahannya tidak terlalu besar).

never grow up!

never grow up

kata2 itu langsung nyantol di pikiran saya setelah saya membaca tulisan dari maggie di memory book day tripper.
hari ini kami (flora, hana, stanley, dan saya) mengantarkan kepergian maggie ke Kuala Lumpur sebelum nantinya bertolak ke China.

maggie ini adalah tamu kami yang kesekian kalinya datang ke jogjakarta dan kami temani berkeliling-keliling. dan kebetulan maggie adalah teman dari rebecca dan hannah yang juga dulu pernah datang ke jogjakarta. ya, jadi kurang lebih reputasi kami (baca: day tripper) sudah sampai ke negeri tirai bambu.

maggie, gadis asal amerika yang saat ini bekerja sebagai pengajar bahasa inggris di china, yang usianya seumuran dengan saya ini ternyata masih menyimpan satu sisi kekanak2-kanakan yang masih sangat kental dalam dirinya. sebagai contoh, satu sebelum kepergiannya dari jogja, dia sangat semangat sekali untuk bermain scavenger hunt. permainan ini kurang lebih semacam amazing race namun dengan radius daerah jangkauan (semoga pembaca bisa mengerti maksud saya) yang lebih kecil dan tugas2 yang lebih konyol, seperti membuat jumping picture di zebracross, meminta polisi untuk berpose hormat bersama2 dan difoto, sampai meminta ciuman dari orang asing (baca: bule). tugas2 yang cukup menantang untuk orang yang pemalu.contoh lainnya adalah, sebelum kami berangkat ke airport, kami sama2 berfoto bersama dengan penutup kepala aneh dan kacamata hitam. stanley dengan topi jeraminya (kalau saya tidak salah), flora dengan pasminanya yang dijadikan kerudung, hana dengan baju kotak2 hitam ungu milik saya yang juga dijadikan kerudung dengan penutup sebelah mata, saya dengan syal wool yang saya jadikan sorban, dan maggie dengan selembar koran bekas yang dijadikan penutup kepala seperti gadis2 belanda (semoga saya bisa segera meng-upload fotonya, karena foto2 konyol ini masih tersimpan di memory card di kamera digital milik flora).
kelakuan2 maggie yang masih sangat "remaja" inilah yang sempat membuat saya berfikir... apakah saya berusaha terlalu keras untuk menjadi dewasa? ataukah saya harus membiarkan kedewasaan itu datang dengan sendirinya tanpa harus dipaksakan, seperti pada ungkapan "tua itu pasti, dewasa itu pilihan"?!

kadang2 saya memang selalu berkata pada diri saya, "saya tidak mau jadi dewasa". namun pada kenyataannya, saya malah secara tidak sadar selalu mencoba untuk selalu tampil dewasa. apalagi dengan posisi saya sekarang, yaitu anak sekaligus cucu laki2 tertua dari keluarga bapak maupun ibu, sekaligus di lingkungan kerja saya sekarang yang memang penuh dengan rekan2 kerja yang jauh lebih tua dibandingkan dengan saya.

dan kembali lagi pada tulisan maggie di buku memori yang baru saja saya baca-never grow up, dia seperti mengingatkan bahwa walupun usia kita bertambah dan terus pasti akan bertambah, jangan sampai kita kehilangan sosok bocah dalam diri kita masing2. sosok bocah yang selalu jujur pada diri sendiri dan orang lain, sosok bocah yang selalu bisa berlari dan tertawa dengan bebas, sosok bocah yang tahu bagaimana cara menikmati hidup hanya dengan berbicara pada mainan2nya, dan sosok bocah yang akan selalu bahagia ketika tiba hari ulang tahunnya.

never grow up!


thx maggie :)

Kamis, 05 Februari 2009

keiko lagi

sepertinya malam ini adalah kali ketiganya dalam minggu ini saya berada di Keiko (Kedai Kopi), ditemani laptop, dan beberapa teman. saya sebenarnya bisa saja memilih pulang ke rumah setelah siaran dan langsung tidur setidur2nya. tapi berhubung saya sudah membuat janji untuk hangout bersama malam ini, jadi ya saya harus datang. apalagi sudah lumayan lama saya dan teman2 GRATZ tidak berkumpul dan menghabiskan beberapa jam di malam hari sampai benar2 mengantuk dan kemudian pulang ke tempat tinggal masing2.

malam ini ternyata cukup sepi di Keiko. bahkan ketika saya masuk, hanya ada stanley yang sudah (seperti biasa) tenggelam dengan laptopnya yang penuh dengan tempelan stiker2 itu. dan bersama topi jeraminya yang seharga dua ratus sekian ribu itu yang selama beberapa hari ini tidak pernah absen dari kepalanya.
kemudian ada juga desi dan marin yang datang bersamaan dengan saya. desi dengan kaos hitamnya dengan rambut digelung dua atau kuncir dua (saya bingung harus mendeskripsikan seperti apa bentuk rambut desi ini), dan marin dengan jaket (yang menurut saya) pink plus dengan muka lelahnya plus maskara bekas clubbing semalam yang belum hilang, sehingga menghasilkan efek mata lebam.

dan baru saja vera datang dengan kaos hitam yang saya pikir seragam kantornya yang kata vera mirip seperti kaos tim voli (dan memang seperti itulah adanya).

dan disinilah kami berempat. boni alias stanley, desi alias sundal, marin alias marin, dan vera alias vera, dan saya.