Rabu, 17 Februari 2010

possessiveness

Baru-baru ini saya kehilangan salah satu anjing saya. Dia menerobos pintu halaman belakang yang diikat dengan tali dan lari ketika terdengar suara guntur. Anjing saya ini, yang diberinama Mocca karena kulitnya berwarna coklat, memang takut pada suara guntur dan hujan deras. Badannya selalu menggigil keras ketika hujan mulai turun, dan ia akan lari mencari perlindungan di bawah kaki ibu saya yang sedang mengetik skripsi untuk program sertifikasi guru.

Sampai sekarang, saya dan ibu saya selalu merasa sedih ketika hujan dan guntur terdengar, karena kami membayangkan pasti Mocca ketakutan sekali diluar sana. Dingin dan tak tahu harus berlindung dimana.


Tuh khan saya jadi sedih lagi T_T


Tapi kehilangan Mocca inilah yang membuat saya semakin menghilangkan salah satu insting manusia saya. Possessiveness.. *hmm.. bener nggak ya istilahnya?!*

Maksudnya possessiveness ini adalah rasa kepemilikan akan sesuatu.


Kenapa seorang anak menangis ketika ditinggal mati ibu atau ayahnya? Karena dia kehilangan hal yang menjadi miliknya.

Kenapa kita tidak menangis ketika ibu dari teman kita meninggal? Karena kita tidak merasa memiliki ibu dari teman kita itu, sehingga ketika ibu dari teman kita meninggal, kita tidak merasa kehilangan sama sekali.


Kadang kita juga tidak akan paham mengapa ada seseorang yang bias menagis tersedu-sedu ketika kucing atau anjing piaraaannya mati? Jawabannya sama seperti di atas. Karena dia merasa telah memiliki hewan piaraan dan tidak bias menerima kenyataan bahwa dia tidak akan memiliki hewan piaraan lagi setelah hewan itu mati.


Saat ini saya sedang berusaha menghilangkan possessiveness yang saya miliki. Saya selalu berusaha menyadarkan diri saya bahwa semua yang saat ini ada di sekitar saya, benda mati, ataupun benda hidup, semuanya bukan milik saya. Semua adalah bagian dan milik dari sebuah siklus raksasa yang akan di disfungsikan pada waktunya (atau kalau mau memakai istilah yang agak religius.. semua akan diminta kembali oleh Yang Kuasa ketika waktunya tiba nanti).


Bahkan jujur saja, saya selalu mempersiapkan diri untuk kehilangan tempat tinggal saya bias jadi karena bencana alam, atau mungkin kehilangan orang tua saya secara tiba-tiba.


Semuanya mungkin. Sangat mungkin terjadi.


Apakah saya akan menangis? Pastinya.

Mungkin tidak hanya cry a river, tapi cry an ocean.




Kalo mengutip alkitab “Tuhan datang seperti pencuri di malam hari” (maaf saya lupa kitab apa dan ayat berapa, tapi semoga tidak salah kutip)


Jadi siapkan diri anda ya :)

1 komentar:

  1. tapi ingat cur, bahwa Tuhan juga selalu ada di siang hari.
    mocca... pulang nak, bapakmu merindukanmu

    BalasHapus