Senin, 09 Maret 2015

Vulnicura | #MaretMenulis 8



Sepertinya lagu Bachelorette-lah yang membuat saya jatuh cinta pada Bjork. Video klip yang menunjukkan sebuah konsep ketidakterbatasan itu sungguh menancap di kepala. 

Saya mulai lebih dalam mengenal Bjork di awal tahun 2000an lewat album Greatest Hits-nya, dan menjadi pengikutnya sejak saat itu.  Ada perasaan aneh dan emosi yang bercampur aduk saat mendengarkan lagu-lagu Bjork; kita seperti tidak tahu sedang berada di mana, di masa apa.

Secara personal, saya lebih suka Bjork versi 90an. Bjork yang melodis, orchestral, dan seperti manusia biasa. Bukan berarti saya tidak suka Bjork versi eksperimental, buktinya, saya sangat menikmati album Medulla. 

Ketika mengetahui bahwa Bjork akan merilis album baru, yang kesembilan, saya agak ragu apakah saya bisa langsung menikmatinya. Apakah saya butuh waktu beberapa saat untuk mencerna album tersebut—seperti yang terjadi pada Volta—sampai akhirnya bisa benar-benar menikmatinya?
Jawabannya ternyata tidak. Baru malam ini akhirnya saya mendengarkan Vulnicura, dan saya langsung suka. Saya jatuh cinta. 

Bjork yang melodis dan penuh orkestrasi akhirnya kembali! Mendengarkan Vulnicura seperti membawa kita kembali pada Bjork di era 90an, namun dalam versi yang lebih ghotic dan ghostly; bisa dipahami karena album ini memang merupakan kisah perpisahan antara Bjork dan pasangannya, Matthew Barney. 

The context, if you want it, is that Björk recently separated from her longtime romantic partner, the artist Matthew Barney, with whom she has a 12-year-old daughter. She then "documented this in pretty much accurate emotional chronology," as she wrote on Facebook shortly after the album was rushed to iTunes in response to a leak. (http://www.theatlantic.com/entertainment/archive/2015/01/bjorks-vulnicura-is-the-definition-of-devastating/384735/)


Di sisi lain, Vulnicura juga ternyata terapi penyembuhan luka—atau mungkin pelarian—bagi Bjork.

Vulnicura, meaning ‘Cure for Wounds’ in Greek (vulnus meaning ‘wound’ plus cura  meaning ‘cure’)..  (http://icelandreview.com/stuff/reviews/2015/01/28/bjorks-vulnicura)

Beruntunglah para seniman yang bisa membuat luka dan kepedihan menjadi sebuah karya seni yang begitu indah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar