Seberapa besar kesombongan kita yang lulusan S1 dan merasa
sudah sangat ahli di bidang yang kita geluti? Punya saya cukup besar.
Kadang lingkungan pergaulan kitalah yang membuat kita merasa
besar. Kita menjadi terlalu malas untuk mengakui bahwa di luar sana, di
lingkungan pergaulan yang lain, kita bukanlah siapa-siapa.
Itulah yang saya alami belakangan ini. Seiring dengan makin
luasnya pergaulan, saya makin sadar, bahwa saya butuh lebih dari sekedar
orang-orang yang selalu mengatakan betapa hebatnya kemampuan Bahasa Inggris
atau betapa cemerlangnya ide konten program radio yang saya miliki.
Beruntungnya, saya punya beberapa lingkungan pergaulan—UnisiRadio, RBTV, Earth Hour Jogja, Alzi Jogja—yang berbeda yang selalu bisa
memperkaya dan kadang memberikan tamparan tersendiri.
Tamparan paling baru yang saya alami adalah saat memandu
talkshow di program Obrolan Pagi RBTV bersama partner saya, Isye Dewi. Jujur
saja, saya langsung membodoh-bodohkan si pembuat flyer sederhana dengan desain
alakadarnya bertuliskan “Peringatan Hari Sindroma Down Dunia”.
Mengapa “down” tidak diterjemahkan ke dalam Bahasa
Indonesia? Mengapa tidak ditulis “Peringatan Hari Down Syndrome Dunia” atau
malah sekalian ditulis saja semua mengguanakan Bahasa Inggris, “World Down
Syndrome Day”, bukannya akan terlibat lebih bagus dan terpelajar?
Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu saya dapatkan saat
jeda iklan. Ternyata “down” memang tidak bisa diterjemahkan dalam Bahasa
Indonesia, karena memang tidak mengacu pada kapasitas otak para penderita yang
di bawah rata-rata manusia normal. Down ternyata diambil dari seorang dokter
asal Inggris, John Langdown Down, yang berhasil menemukan dan memaparkan
tentang sindroma ini di tahun 1866.
Iya, saya memang harus malu karena setelah hampir menjalani
kehidupan selama hampir 30 tahun, saya baru mengetahui tentang hal ini sekarang.
Mungkin menang pergaulan saya masih kurang luas, atau bisa jadi saya terlalu
malas untuk mencari tahu, tapi yang jelas, saya harus bersyukur karena telah dipertemukan dengan Mbak Titik dan Ibu
Kiki dari Persatuan Orangtua Anak Dengan Down Syndrom lewat program talkshow
itu. Saya kembali diingakan bahwa bahkan galaksi Bimasakti pun hanyalah titik kecil di hamparan jagat raya
yang maha luas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar