Kamis, 19 Maret 2015

Terlalu Besar, Terlalu Bodoh | #MaretMenulis 17

Seberapa besar kesombongan kita yang lulusan S1 dan merasa sudah sangat ahli di bidang yang kita geluti? Punya saya cukup besar.

Kadang lingkungan pergaulan kitalah yang membuat kita merasa besar. Kita menjadi terlalu malas untuk mengakui bahwa di luar sana, di lingkungan pergaulan yang lain, kita bukanlah siapa-siapa.

Itulah yang saya alami belakangan ini. Seiring dengan makin luasnya pergaulan, saya makin sadar, bahwa saya butuh lebih dari sekedar orang-orang yang selalu mengatakan betapa hebatnya kemampuan Bahasa Inggris atau betapa cemerlangnya ide konten program radio yang saya miliki.

Beruntungnya, saya punya beberapa lingkungan pergaulan—UnisiRadio, RBTV, Earth Hour Jogja, Alzi Jogja—yang berbeda yang selalu bisa memperkaya dan kadang memberikan tamparan tersendiri.

Tamparan paling baru yang saya alami adalah saat memandu talkshow di program Obrolan Pagi RBTV bersama partner saya, Isye Dewi. Jujur saja, saya langsung membodoh-bodohkan si pembuat flyer sederhana dengan desain alakadarnya bertuliskan “Peringatan Hari Sindroma Down Dunia”.

Mengapa “down” tidak diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia? Mengapa tidak ditulis “Peringatan Hari Down Syndrome Dunia” atau malah sekalian ditulis saja semua mengguanakan Bahasa Inggris, “World Down Syndrome Day”, bukannya akan terlibat lebih bagus dan terpelajar?

Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu saya dapatkan saat jeda iklan. Ternyata “down” memang tidak bisa diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia, karena memang tidak mengacu pada kapasitas otak para penderita yang di bawah rata-rata manusia normal. Down ternyata diambil dari seorang dokter asal Inggris, John Langdown Down, yang berhasil menemukan dan memaparkan tentang sindroma ini di tahun 1866.

Iya, saya memang harus malu karena setelah hampir menjalani kehidupan selama hampir 30 tahun, saya baru mengetahui tentang hal ini sekarang. Mungkin menang pergaulan saya masih kurang luas, atau bisa jadi saya terlalu malas untuk mencari tahu, tapi yang jelas, saya harus bersyukur karena telah dipertemukan dengan Mbak Titik dan Ibu Kiki dari Persatuan Orangtua Anak Dengan Down Syndrom lewat program talkshow itu. Saya kembali diingakan bahwa bahkan galaksi Bimasakti pun hanyalah titik kecil di hamparan jagat raya yang maha luas.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar